PENGERTIAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan
nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap
pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan
aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah
alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan
pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis ( Misiak
dan Sexton, 2005 ).
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari
tiga ciri utama, yaitu : (1) Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan
untuk memahami sifat dan keadaan manusia. (2) Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan
yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. (3) Psikologi humanistik
menawarkan metode yang lebih memperluas kaedah-kaeah yang lebih efektif dalam
dalam pelaksanaan psikoterapi.
Psikologi Humanistik merupakan salah satu
aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran
dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Kehadiran
psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan
behaviorisme seta dipandang sebagai ” kekuatan ketiga ” dalam aliran psikologi. Psikologi
humanistik memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki
manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan
aktualisasi diri seseorang.
Dalam buku “Berkenalan dengan Aliran-aliran
dan Tokoh-tokoh Psikologi” oleh Sarlito W. Sarwono pada tahun 2000, psikologi
humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami,
menghayati dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena
itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagian-bagian
dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam
kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik.
Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap
harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan
dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki
topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis,
seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa
humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan
sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari
tiga ciri utama, yaitu, psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru
sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia
menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah
laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah
yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Humanistik tidak jelas
kaitannya dengan ekologi psikologi. Pada satu sisi, Humanistik tempat yang
paling berkuasa atas nilai potensial untuk pengembangan individu. Ini
nilai-nilai pengalaman manusia dan kemampuan manusia untuk melampaui pikiran
dengan lingkungan sekitarnya, dengan cara yang kreatif. Jadi dalam hal
Humanistik untuk manusia dan pengalaman. Humanistik adalah ilmu manusia untuk
menangkap pengalaman dalam semua keindahan yang subjektif. Ini yang menyebabkan
sebuah penekanan atas berbagai metode fenomenologi yang bertujuan untuk
mendapatkan semaksimal mungkin jati diri manusia.
Pada sisi lainya, ekologi psikologi dengan
kontras menunjukkan pemisahan manusia dari tanaman, binatang dan materi dunia
sebagai buatan yang menyesatkan dan tidak bijaksana. Ekologi melihat,
yang paling universal dan paling tinggi nilai simbol dan gambar dari pikiran
manusia berasal dari kapasitas untuk memungut dalam ukuran kecil yang
sungguh-sungguh untuk menopang semesta dan kita masuk di dalamnya. Jika ini
adalah pernyataan simbolis yang penting dari aspek pemenuhan manusia, maka kita
perlu mempertimbangkan sebuah “ekologi diri” yang merangkum semua bentuk
kehidupan dan perasaan kesatuan.
Saat ini rasa kuatir, depresi, bingung dan
kesepian pada individu yang mencari beberapa penjelasan untuk rasa isolasi dan
kesedihan mereka. Kontemporer kerja, dengan penekanan pada gencarnya
pembangunan teknologi, persaingan tajam dan individualisme telah membuat korban
tak terhitung. Mereka hadir dari hilangnya eksistensial karena
keprihatinan yang dramatis atas racun di lingkungan pekerjaan. Secara
tradisional, orang-orang ini telah dirawat dengan baik namun belum cukup.
Melalui hubungan yang saling menerima dan melalui upaya bersama antara antara
klien dan terapis dalam menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk
pencapaian keseimbangan antara berbagai pengalaman dan perasaan yang
sesungguhnya terjadi pada diri klien. Karena dengan ini maka terwujud prosedur
terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan dan eksistensial diri.
Jadi pemahaman tentang manusia dalam psikologi
humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya
psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan
ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan,
kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi
lebih bebas Psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem
pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang
dipercayai terbaik bagi manusia. Sehingga terwujudlah satu nilai yang baru
sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia secara holistik.
KEMUNCULAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik lahir dari ketidakpuasan
terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi. Ketidakpuasan itu terutama tertuju
pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, partial, tidak
lengkap, dan satu sisi. Psikologi behavioristik menjadi 'mendehumanisasi', meskipun
menunjukan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk
memberikan sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia dan kondisi
eksistensinya. Dalam kenyataanya, psikologi behavioristik itu telah merampok
esensi manusia. Para ahli psikologi humanistik mengarahkan usahanya pada
'humanisasi' psikologi. Mereka memberikan penekanan pada spontanitas, kendali
internal, dan keunikan manusia, serta pada masalah-masalah eksistensial. FaKtor
lain yang memberikan andil pada kemunculan psikologi humanistic adalah
keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia
tetapi dengan menghilangkan manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya
pada hal-hal primer dan esensial. (B. Berelson dan G.A Steiner dalam buku mereka yang berjudul Human Behaviour : An Inventory of Scientific
Findings (1964)).
Psikologi humanistic adalah suatu gerakan
prlawnan terhadap psikologi yang dominant mekanistik, reduksionistik, atau
'psikologi robot' yang mereduksi manusia. Psikologi humanistic juga menentang
metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Para ahli
psikologi yang hanya menyetujui penolakn terhadap psikologi yang mekanomorfik
dan yang menyetujui penamaan humanistic berdasarkan pemilikan konsep tentang manusia
sebagai mahkluk yang kreatif yang dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar
maupun oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar, melainkan oleh nilai-nilai dan
pilihan-pilihannya sendiri.
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Di Inggris, John Cohen, guru besar psikologi
di Universitas Menchester, menentang orientasi psikologi yang menonjol pada
zamannya, khususnya psikologi yang reduksionistik, dan menghimbau reorientasi
psikologi melalui bukunya yang berjudul Humanistic Psychology. Ia menjelaskan
posisi humanistiknya dengan mengatakan bahwa "subjek studi psikologi tidak
lain adalah manusia ; psikologi bukanlah bagian dari fisiologi. Langkah pertama
kita karenanay haruslah mempelajari apa yang khas pada manusia".
Di Jerman, Albert Wellek, bekas guru besar psikologi
dan direktur Institut Psikologi Univrsitas Mainz, secara konsisten menunjukan
penekanan pada unsure-unsur humanistic dalam tulisan-tulisannya, khususnya
tulisan-tulisannya di lapangan kepribadian di mana in memberikan
sumbangan-sumbangannya yang paling besar.
Di Amerika, psikologi humanistic memperoleh
dukungan pertama-tama dari para psikoterapis, para ahli psikologi klinis dan
para ahli psikologi yang menaruh perhatian pada teori kepribadian, tetapi
lambat laun ia memperoleh pengikut dari kalangan-kalangan lain, yakni
kalangan-kalangan akademis dan eksperimantal. Tesis humanistic Maslow, seperti
dikatakn Maslow sendiri, tampik pertamakali sebagai "argument di dalam
keluarga para psikologi", kemudian berubah menjadi "suatu filsafat
hidup baru yang komprehensif","suatu Weltanschauung humanistic"
yang menarik perhatian banyak ahli psikologi. Penerbitan buku kumpulan karangan
dengan judul Humanistic Viewpoint in Psychology yang diedit oleh F.T.Severin,
(1965), membantu psikologi humanistic melalui konseptualisasi yang
dikemukakannya. Penerbitan buku-buku lain, yakni buku-buku teks psikologi umum
maupun buku-buku tentang studi-studi khusus yang berlandaskan pada titik
pandang humanistic berlangsung pada tahun 1960-an. Pengangkatan Maslow sebagai
presiden Perhimpunan
Psikologi Amerika pada tahun 1969 merupakan tanda bahwa
tema-tema humanistic yang didukungnya memperoleh pengakuan dan repek dari para
ahli psikologi Amerika. Pada tahun 1970, Perhimpunan Psikologi Amerika
menyetujui pembentukan Devisi Psikologi Humanistik (devisi ke-32). Maksudnya
adalah "untuk menerapkan konsep-konsep, teori-teori, dan filsafat
Psikologi Humanistik pada penelitian, pendidikan, dan penerapan-penerapan
profesionalo pada psikologi ilmiah". Carmi Harari, seorang ahli psikologi
klinis, terpilih sebagai presiden pertama ketika devisi baru ini remi dibentuk
pada tahun 1971.
KONSEP-KONSEP DASAR
DALAM PSIKOLOGI HUMANISTIK
Charlotte Buhler secara konsistin menekankan
ciri-ciri psikologi humanistic berikut ini sebagai hal-hal yang mendasar : mencoba
menemukan jalan masuk ke arah studi dan pemahaman individu sebagai keseluruhan,
berhubungan erat dengan eksistensialisme yang menjadi landasan filosofisnya,
terutama dengan pengalaman intersionalitas sebagai "inti diri dan motivasi
individu",. Konsep tentang manusia yang paling sentral adalah kretivitas.
Psikologi humanistic terutama relevan dan penting bagi psikoterapi dan
pendidikan.
Tujuan utama psikologi humanistic,
"mendiskripsikan secara lengkap apa artinya sebagai manusia".
Meliputi pendiskripsian bakat-bakat bawaan manusia, pertumbuhan, kematangan,
penurunan, interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, lingkup dan jenis
pengalamannya dan tempatnya di alam raya.
PENERAPAN DAN
IMPLIKASI PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistic tidak hanya menginsyafi
roh manusia dan kebutuhannya untuk memuaskan diri dan untuk menemukan makna
dalam hidupnya, tetapi juga percaya bahwa masing-masing orang adalah agen yang
paling bertanggung jawab atas kehidupan dirinya sendiri. Karena itu
prinsip-prinsip psikologi humanistic memiliki implikasi-implikasi bagi etika
(Kutz,1969), agama (Hammes,1971), dan hukum (Stones, 1971). Mereka berusaha
menerapkan prinsip-prinsip mereka terutama pada pendidikan, bisnis, dan
psikoterapi.
(dari berbagai sumber)