Mengenal lebih jauh teori kepribadian psikoanalisa. Seperti kita ketahui
ada sangat banyak teori kepribadian di dunia psikologi, salah satu yang banyak
dijadikan landasan adalah teori kepribadian psikoanalisa. Oleh karena itu
Psikerja kali ini akan sedikit membahas teori kepribadian psikoanalisa dalam
makalah Mengenal Lebih Jauh Teori Kepribadian Psikoanalisa di bawah ini
1. Topografi kepribadian
Alam sadar
adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan
sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat
individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali. Alam prasadar ini bukanlah bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
Alam bawah
sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian
terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang di
alami sepanjang hidupnya yang tidak dapat di sadari lagi akan tersimpan di
dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran
yang tersimpan di dalam unconscious ini.
2. Struktur Kepribadian
Id adalah
subsisten kepribadian yang asli, yang memiliki individu sejak lahir, karena itu
biasanya di sebut sebagai subsistem kepribadian yang primitive. Id lebih di
hubungkan dengan faktor biologis dan hereditas. Konsep ini sesuai dengan pandangan Darwin tentang
teori seleksi alam secara seksual dan motive agresif. Freud berpendapat bahawa
prinsip kerja Id adalah prinsip kesenangan . Id selalu mencari kesenangan dan
menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Tempat id ini ada pada alam bawah
sadar dan secara langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa di
sadari.
Superego merupakan lawan dari Id, subsistem kepribadian yang di kembangkan dari kebudayaan dan nilai-nilai sosial, bukan dari faktor biologis. Superego terbentuk karena berinteraksi dengan orang tua dan masyarakat. karena itu subsistem superego ini berisi “kode moral” yang selalu menentang kehendak id. Jadi superego merupakan kata hati seseorang dan karena itu merupakan control dalam individu.
Ego merupakan bagian subsistem kepribadian yang tidak di peroleh saat lahir, tetapi di pelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkunganya. Cara kerja ego adalah menganut prinsip realitas, yang bertugas untuk mengendalikan tuntutan instinktif dan pertimbangan kode moral.
3. Perkembangan kepribadian
a. Fase oral,
terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang
berdasarkan pengalaman kenikmatan orentik pada daerah mulut.
b. Fase anal,
terjadi fase kedua dalam perkembangan manusia. Fase ini terjadi dari mulai usia
dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada
kenikmatan pada daerah anus.
c. Fase
falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat
pada alat kelamin, yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pada anak
perempuan.
d. Fase
laten, juga di sebut sebagai tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima
atau enam tahun hingga pubertas. Pada tahap ini terjadi perhentian
perkembangan. Sepanjang masa ini anak menjalankan tugas-tugas belajar.
e. Fase
genital, terjadi pada masa pubertas yang di tandai oleh perilaku yang non
narsistik. Mereka mulai tertarik lawan jenis, bersosialisasi dan beraktivitas
kelompok, perkawinan dan membangun keluarga, menjalin hubungan kerja.
4. Dinamika kepribadian
Manusia
memiliki kebutuhan yang mendorong pada suatu tindakan atau menghambat tindakan
tersebut. Dalam pemenuhan kebutuhan terebut terdapat dinamika yang berbentuk
interaksi antara kekuatan-kekuatan psikis yang ada pada diri
manusia, yaitu instink dn pertahanan. Kecemasan realitas merupakan kecemasan
individu akibat dari ketakutan menghadapi realitas sekitarnya. Kecemasan adalah
keadaan psikis yang seharusnya di hindari.
Kecemasan
realitas merupakan kecemasan individu dari ketakutan menghadapi realitas
sekitarnya. Kecemasan neorotik merupakan kecemasan karena hawatir tidak mampu
mengatasi atau menekan keinginan - keinginan primitifnya. Sedangkan kecemasan
moral merupakan kecemasan dari rasa bersalah dan ketakutan di hukum oleh nilai
- nilai yang ada pada hati nuraninya.
5. Hakikat Manusia
1. Perilaku pada masa dewasa berakar pada
pengalaman masa kanak-kanak.
2. Sebagian besar perilaku terintegrasi
melalui proses mental yang tidak di sadari.
3. Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama kecenderungan
mengembangkan dirinya.
4. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan
mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangang, menolak dan kesakitan dan
mencari kenikmatan.
6. Tujuan Konseling
Dalam
pandangan psikoanalisis, tujuan konseling agar individu mengetahui ego dan
memiliki ego yang kuat. Hal ini berarti bahwa konseling akan menempatkan ego
pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak yang mampu memilih secara rasional
dan menjadi mediator antara id dan superego. Berangkat dari tujuan -tujuan yang
di kemukakan psikoanalisis konseling lebih sebagai proses reedukasi terhadap
ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada hokum kode moralnya, menjadi lebih
memiliki kekuataan ego.
7. Hubungan Konseling
Prochaska
mengemukakan bahwa dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan
klien dan konselor. Kedua hubungan itu adalah melakukan aliansi dan
transferensi. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda dalam konseling. Aliansi
merupakan prakondisi untuk terjadi keberhasilan konselor, sejak sikap rasional
ini di berikan klien untuk percaya dan bekerja sama dengan konselor.
Transferensi merupakan pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya
terhadap orang - orang yang menguasainya yang di tujukan kepada konselor. Dalam
hal ini konselor perlu membangun hubungan hangat dengan kliennya dan perhatian
sepenuhnya, untuk terus menjaga kepercayaan klien kepada konselornya. Dalam hal
ini konselor harus menunjukan kejujuran tanpa sandiwara, sesuai dengan
kenyataan yang ada pada dirinya.
8. Tahap Konseling
a. Tahap pembukaan. Tahap
ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien di tetapakan.
b. Pengembangan tranferensi. Perkembangan
dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisis. Pada fase ini
perasaan klien mulai di tunjukan kepada konselor, yang di anggap sebagai orang
yang telah menguasainya di masa lalunya.
c. Bekerja melalui transferensi. Tahap
ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagi orang yang terus
melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya,
hanya saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami
tentang dinamika kepribadian kliennya.
d. Resolusi transferensi. Tujuan
pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neoretik klien yang di tunjukan
kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangan
hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan menghindari adanya
ketergantungan klien kepada konselornya. Jika klien dan konselor berkeyakinan
bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat di akhiri untuk menghindari
klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak di akhiri maka konselor
dapat mengikuti transferensi itu untuk mengembangkan secara objektif sehingga
tercapai otonomi klien.
9. Teknik Spesifik
a. Asosiasi Bebas. Maksudnya
teknik yang memberikan kebebasan kepada
klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiranya yang terlintas pada
benak klien, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Asosiasi
bebas ini untuk memudakan pemahaman
konselor terhadap dinamika psikologi yang terjadi padanya. Sehingga
dapat membimbing klien untuk menyadari pengalaman - pengalaman
ketidaksadarannya, dan membuat hubungan - hubungan antara kecemasannya saat ini dengan pengalaman di
masa lampaunya.
b. Interpretasi Mimpi. Merupakan
teknik di mana klien mengemukakan segenap mimpi - mimpinya kepada terapis,
karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang
tidak di sadari akan direpresi dan termanipes dalam mimpi.
c. Analisis transferensi. Merupakan
bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya dengan
orang - orang yang berpengaruh kepada terapis di saat konselin. Dalam
transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan
sebagainya yang selama ini di tekan di ungkap kembali, dengan sasaran komselor
sebagai objeknya.
d. Analisis resistensi. Merupakan
sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau mengungkapkan
hal-hal yang menimbuklkan kecemasan. Perilaku ini di lakukan bentuk pertahanan
diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan - alasan klien melakukan resistensi. Analisis
resistensi sebaiknya di mulai dari hal - hal yang sangat tampak untuk
menghindarin penolakan atas interpretasi konselor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar