Senin, 21 Maret 2016

Penjelasan Ringkas Psikologi Humanistik


Ringkasan Psikologi Humanistik


PENGERTIAN PSIKOLOGI HUMANISTIK

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis ( Misiak dan Sexton, 2005 ).

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu : (1) Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. (2) Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. (3) Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih memperluas kaedah-kaeah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi.

Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme seta dipandang sebagai ” kekuatan ketiga ” dalam aliran psikologi. Psikologi humanistik memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang.
Dalam buku “Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi” oleh Sarlito W. Sarwono pada tahun 2000, psikologi humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagian-bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Humanistik tidak jelas kaitannya dengan ekologi psikologi. Pada satu sisi, Humanistik tempat yang paling berkuasa atas nilai potensial untuk pengembangan individu.  Ini nilai-nilai pengalaman manusia dan kemampuan manusia untuk melampaui pikiran dengan lingkungan sekitarnya, dengan cara yang kreatif.  Jadi dalam hal Humanistik untuk manusia dan pengalaman. Humanistik adalah ilmu manusia untuk menangkap pengalaman dalam semua keindahan yang subjektif.  Ini yang menyebabkan sebuah penekanan atas berbagai  metode fenomenologi yang bertujuan untuk mendapatkan semaksimal mungkin jati diri manusia.

Pada sisi lainya, ekologi psikologi dengan kontras menunjukkan pemisahan manusia dari tanaman, binatang dan materi dunia sebagai buatan yang menyesatkan dan tidak bijaksana.  Ekologi melihat, yang paling universal dan paling tinggi nilai simbol dan gambar dari pikiran manusia berasal dari kapasitas untuk memungut dalam ukuran kecil  yang sungguh-sungguh untuk menopang semesta dan kita masuk di dalamnya. Jika ini adalah pernyataan simbolis yang penting dari aspek pemenuhan manusia, maka kita perlu mempertimbangkan sebuah “ekologi diri” yang merangkum semua bentuk kehidupan dan perasaan kesatuan.

Saat ini rasa kuatir, depresi, bingung dan kesepian pada individu yang mencari beberapa penjelasan untuk rasa isolasi dan kesedihan mereka.  Kontemporer kerja, dengan penekanan pada gencarnya pembangunan teknologi, persaingan tajam dan individualisme telah membuat korban tak terhitung.  Mereka hadir dari hilangnya eksistensial karena keprihatinan yang dramatis atas racun di lingkungan pekerjaan. Secara tradisional, orang-orang ini telah dirawat dengan baik namun belum cukup. Melalui hubungan yang saling menerima dan melalui upaya bersama antara antara klien dan terapis dalam menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk pencapaian keseimbangan antara berbagai pengalaman dan perasaan yang sesungguhnya terjadi pada diri klien. Karena dengan ini maka terwujud prosedur terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan dan eksistensial diri.
Jadi pemahaman tentang manusia dalam psikologi humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas Psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia. Sehingga terwujudlah satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia secara holistik.


KEMUNCULAN PSIKOLOGI HUMANISTIK

Psikologi humanistik lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Psikologi behavioristik menjadi 'mendehumanisasi', meskipun menunjukan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk memberikan sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia dan kondisi eksistensinya. Dalam kenyataanya, psikologi behavioristik itu telah merampok esensi manusia. Para ahli psikologi humanistik mengarahkan usahanya pada 'humanisasi' psikologi. Mereka memberikan penekanan pada spontanitas, kendali internal, dan keunikan manusia, serta pada masalah-masalah eksistensial. FaKtor lain yang memberikan andil pada kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal primer dan esensial. (B. Berelson dan G.A Steiner dalam buku mereka yang berjudul Human Behaviour : An Inventory of Scientific Findings (1964)).

Psikologi humanistic adalah suatu gerakan prlawnan terhadap psikologi yang dominant mekanistik, reduksionistik, atau 'psikologi robot' yang mereduksi manusia. Psikologi humanistic juga menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakn terhadap psikologi yang mekanomorfik dan yang menyetujui penamaan humanistic berdasarkan pemilikan konsep tentang manusia sebagai mahkluk yang kreatif yang dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar maupun oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar, melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.


PERKEMBANGAN PSIKOLOGI HUMANISTIK

Di Inggris, John Cohen, guru besar psikologi di Universitas Menchester, menentang orientasi psikologi yang menonjol pada zamannya, khususnya psikologi yang reduksionistik, dan menghimbau reorientasi psikologi melalui bukunya yang berjudul Humanistic Psychology. Ia menjelaskan posisi humanistiknya dengan mengatakan bahwa "subjek studi psikologi tidak lain adalah manusia ; psikologi bukanlah bagian dari fisiologi. Langkah pertama kita karenanay haruslah mempelajari apa yang khas pada manusia".

Di Jerman, Albert Wellek, bekas guru besar psikologi dan direktur Institut Psikologi Univrsitas Mainz, secara konsisten menunjukan penekanan pada unsure-unsur humanistic dalam tulisan-tulisannya, khususnya tulisan-tulisannya di lapangan kepribadian di mana in memberikan sumbangan-sumbangannya yang paling besar.

Di Amerika, psikologi humanistic memperoleh dukungan pertama-tama dari para psikoterapis, para ahli psikologi klinis dan para ahli psikologi yang menaruh perhatian pada teori kepribadian, tetapi lambat laun ia memperoleh pengikut dari kalangan-kalangan lain, yakni kalangan-kalangan akademis dan eksperimantal. Tesis humanistic Maslow, seperti dikatakn Maslow sendiri, tampik pertamakali sebagai "argument di dalam keluarga para psikologi", kemudian berubah menjadi "suatu filsafat hidup baru yang komprehensif","suatu Weltanschauung humanistic" yang menarik perhatian banyak ahli psikologi. Penerbitan buku kumpulan karangan dengan judul Humanistic Viewpoint in Psychology yang diedit oleh F.T.Severin, (1965), membantu psikologi humanistic melalui konseptualisasi yang dikemukakannya. Penerbitan buku-buku lain, yakni buku-buku teks psikologi umum maupun buku-buku tentang studi-studi khusus yang berlandaskan pada titik pandang humanistic berlangsung pada tahun 1960-an. Pengangkatan Maslow sebagai presiden Perhimpunan 

Psikologi Amerika pada tahun 1969 merupakan tanda bahwa tema-tema humanistic yang didukungnya memperoleh pengakuan dan repek dari para ahli psikologi Amerika. Pada tahun 1970, Perhimpunan Psikologi Amerika menyetujui pembentukan Devisi Psikologi Humanistik (devisi ke-32). Maksudnya adalah "untuk menerapkan konsep-konsep, teori-teori, dan filsafat Psikologi Humanistik pada penelitian, pendidikan, dan penerapan-penerapan profesionalo pada psikologi ilmiah". Carmi Harari, seorang ahli psikologi klinis, terpilih sebagai presiden pertama ketika devisi baru ini remi dibentuk pada tahun 1971.


KONSEP-KONSEP DASAR DALAM PSIKOLOGI HUMANISTIK

Charlotte Buhler secara konsistin menekankan ciri-ciri psikologi humanistic berikut ini sebagai hal-hal yang mendasar : mencoba menemukan jalan masuk ke arah studi dan pemahaman individu sebagai keseluruhan, berhubungan erat dengan eksistensialisme yang menjadi landasan filosofisnya, terutama dengan pengalaman intersionalitas sebagai "inti diri dan motivasi individu",. Konsep tentang manusia yang paling sentral adalah kretivitas. Psikologi humanistic terutama relevan dan penting bagi psikoterapi dan pendidikan.

Tujuan utama psikologi humanistic, "mendiskripsikan secara lengkap apa artinya sebagai manusia". Meliputi pendiskripsian bakat-bakat bawaan manusia, pertumbuhan, kematangan, penurunan, interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, lingkup dan jenis pengalamannya dan tempatnya di alam raya.


PENERAPAN DAN IMPLIKASI PSIKOLOGI HUMANISTIK

Psikologi humanistic tidak hanya menginsyafi roh manusia dan kebutuhannya untuk memuaskan diri dan untuk menemukan makna dalam hidupnya, tetapi juga percaya bahwa masing-masing orang adalah agen yang paling bertanggung jawab atas kehidupan dirinya sendiri. Karena itu prinsip-prinsip psikologi humanistic memiliki implikasi-implikasi bagi etika (Kutz,1969), agama (Hammes,1971), dan hukum (Stones, 1971). Mereka berusaha menerapkan prinsip-prinsip mereka terutama pada pendidikan, bisnis, dan psikoterapi.


(dari berbagai sumber)


Jumat, 18 Maret 2016

Mengenal Lebih Jauh Teori Kepribadian Psikoanalisa

Mengenal lebih jauh teori kepribadian psikoanalisa. Seperti kita ketahui ada sangat banyak teori kepribadian di dunia psikologi, salah satu yang banyak dijadikan landasan adalah teori kepribadian psikoanalisa. Oleh karena itu Psikerja kali ini akan sedikit membahas teori kepribadian psikoanalisa dalam makalah Mengenal Lebih Jauh Teori Kepribadian Psikoanalisa di bawah ini


1. Topografi kepribadian
Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.

Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan,  dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali. Alam prasadar ini bukanlah bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang di alami sepanjang hidupnya yang tidak dapat di sadari lagi akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini.

2. Struktur Kepribadian
Id adalah subsisten kepribadian yang asli, yang memiliki individu sejak lahir, karena itu biasanya di sebut sebagai subsistem kepribadian yang primitive. Id lebih di hubungkan dengan faktor biologis dan hereditas. Konsep  ini sesuai dengan pandangan Darwin tentang teori seleksi alam secara seksual dan motive agresif. Freud berpendapat bahawa prinsip kerja Id adalah prinsip kesenangan . Id selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Tempat id ini ada pada alam bawah sadar dan secara langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa di sadari.

Superego merupakan lawan dari Id, subsistem kepribadian yang di kembangkan dari kebudayaan dan nilai-nilai sosial, bukan dari faktor biologis. Superego terbentuk karena berinteraksi dengan orang tua dan masyarakat. karena itu subsistem superego ini berisi “kode moral” yang selalu menentang kehendak id. Jadi superego merupakan kata hati seseorang dan karena itu merupakan control dalam individu.

Ego merupakan bagian subsistem kepribadian yang tidak di peroleh saat lahir, tetapi di pelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkunganya. Cara kerja ego adalah menganut prinsip realitas, yang bertugas untuk mengendalikan tuntutan instinktif dan pertimbangan kode moral.

3. Perkembangan kepribadian
a. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan orentik pada daerah mulut.
b. Fase anal, terjadi fase kedua dalam perkembangan manusia. Fase ini terjadi dari mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. 
c. Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat pada alat kelamin, yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pada anak perempuan.
d. Fase laten, juga di sebut sebagai tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada tahap ini terjadi perhentian perkembangan. Sepanjang masa ini anak menjalankan tugas-tugas belajar.
e. Fase genital, terjadi pada masa pubertas yang di tandai oleh perilaku yang non narsistik. Mereka mulai tertarik lawan jenis, bersosialisasi dan beraktivitas kelompok, perkawinan dan membangun keluarga, menjalin hubungan kerja.

4. Dinamika kepribadian
Manusia memiliki kebutuhan yang mendorong pada suatu tindakan atau menghambat tindakan tersebut. Dalam pemenuhan kebutuhan terebut terdapat dinamika yang berbentuk interaksi  antara  kekuatan-kekuatan psikis yang ada pada diri manusia, yaitu instink dn pertahanan. Kecemasan realitas merupakan kecemasan individu akibat dari ketakutan menghadapi realitas sekitarnya. Kecemasan adalah keadaan psikis yang seharusnya di hindari.
Kecemasan realitas merupakan kecemasan individu dari ketakutan menghadapi realitas sekitarnya. Kecemasan neorotik merupakan kecemasan karena hawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan - keinginan primitifnya. Sedangkan kecemasan moral merupakan kecemasan dari rasa bersalah dan ketakutan di hukum oleh nilai - nilai yang ada pada hati nuraninya.

5. Hakikat Manusia
1.    Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2.    Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak di sadari.
3.    Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan dirinya.
4.    Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangang, menolak dan kesakitan dan mencari kenikmatan.

6. Tujuan Konseling
Dalam pandangan psikoanalisis, tujuan konseling agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat. Hal ini berarti bahwa konseling akan menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak yang mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara id dan superego. Berangkat dari tujuan -tujuan yang di kemukakan psikoanalisis konseling lebih sebagai proses reedukasi terhadap ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada hokum kode moralnya, menjadi lebih memiliki kekuataan ego.

7. Hubungan Konseling
Prochaska mengemukakan bahwa dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan klien dan konselor. Kedua hubungan itu adalah melakukan aliansi dan transferensi. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda dalam konseling. Aliansi merupakan prakondisi untuk terjadi keberhasilan konselor, sejak sikap rasional ini di berikan klien untuk percaya dan bekerja sama dengan konselor. Transferensi merupakan pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang - orang yang menguasainya yang di tujukan kepada konselor. Dalam hal ini konselor perlu membangun hubungan hangat dengan kliennya dan perhatian sepenuhnya, untuk terus menjaga kepercayaan klien kepada konselornya. Dalam hal ini konselor harus menunjukan kejujuran tanpa sandiwara, sesuai dengan kenyataan yang ada pada dirinya.

8. Tahap Konseling
a. Tahap pembukaan. Tahap ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien di tetapakan.
b. Pengembangan tranferensi. Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisis. Pada fase ini perasaan klien mulai di tunjukan kepada konselor, yang di anggap sebagai orang yang telah menguasainya di masa lalunya.
c. Bekerja melalui transferensi. Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagi orang yang terus melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, hanya saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami tentang dinamika kepribadian kliennya.
d. Resolusi transferensi. Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neoretik klien yang di tunjukan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya. Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat di akhiri untuk menghindari klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak di akhiri maka konselor dapat mengikuti transferensi itu untuk mengembangkan secara objektif sehingga tercapai otonomi klien.

9. Teknik Spesifik
a. Asosiasi Bebas. Maksudnya teknik  yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiranya yang terlintas pada benak klien, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Asosiasi bebas ini untuk memudakan pemahaman  konselor terhadap dinamika psikologi yang terjadi padanya. Sehingga dapat membimbing klien untuk menyadari pengalaman - pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan - hubungan antara  kecemasannya saat ini dengan pengalaman di masa lampaunya.

b. Interpretasi Mimpi. Merupakan teknik di mana klien mengemukakan segenap mimpi - mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak di sadari akan direpresi dan termanipes dalam mimpi.

c. Analisis transferensi. Merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya dengan orang - orang yang berpengaruh kepada terapis di saat konselin. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini di tekan di ungkap kembali, dengan sasaran komselor sebagai objeknya.

d. Analisis resistensi. Merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau mengungkapkan hal-hal yang menimbuklkan kecemasan. Perilaku ini di lakukan bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan - alasan  klien melakukan resistensi. Analisis resistensi sebaiknya di mulai dari hal - hal yang sangat tampak untuk menghindarin penolakan atas interpretasi konselor.

Kamis, 17 Maret 2016

Eksperimen-Eksperimen dalam Aliran Psikologi Behaviorisme

1. Eksperimen Koneksionisme

Eksperimen Koneksionisme

Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. 

Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan, seprti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut.Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi. Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (peti teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di depan pintu.. Mula-mula kucing itu mengeong, melompat, dan berlarian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Akhirnya, entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar itu. Eksperimen puzzle box ini terkenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman, 1978).

Berdasarkan eksperimen diatas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psychology ofLearning”. Selain itu teori ini juga terkenal dengan sebutan “Trial and ErrorLearning”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hilgard & Bower, 1975). Apabila kita perkatikan dengan seksama, dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati dua hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar.

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu ia tak berusaha keluar dari sangkar tersebut. Bahkan barangkali ia hanya akan tidur saja dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk keluar. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar. Kedua, tersedianya makanan di muka pintu box. Makanan ini merupakan efek positif atau memuaskan yang dapat dicapai oleh respons dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar yang disebut Law of Effect . Artinya, jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan /mengganggu efek yang dicapai respons, semakin lemah pula hubungan antara stimulus dan respons tersebut. Hukum belajar inilah ynag mengilhami munculnya reinforcer dalam teori Operant Conditioning hasil penemuan B.F. Skinner.

Di samping Law of Effect, Thorndike juga mngemukakan dua macam hukum lainnya yang masing-masing disebut law of readiness dan law of exercise. Sekarang, kedua macam hukum ini sesungguhnya tidak begitu popular, namun cukup popular dan berguna sebagai tambahan kajian dan perbandingan. Law of Readiness (hukum kesiapsiagaan) pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaanconduction units (satuan perantaraan). Unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Jelas, hukum ini bersifat spekulatif, dan menurut Reber (1988) hanya bersifat historis.. Dalam hal ini perlu dicatat, bahwa ada kemiripan antara kecenderungan dalam conduction units tersebut dengan self regulation. Law of Exercise (hukun latihan) ialah generalisai atas law of use dan law of dis use. Menurut Hilgard & Bower (1975), jika perilaku atau perubahan hasil belajar sering dilatih atau digunakan, maka eksistensi perilkau tersebut akan semakin kuat (law of use). Sebaliknya jika perilaku tadi tidak sering dilatih atau digunakan, maka ia akan terlupakan atau sekurang-kurangnya akan menurun (law of dis use).

2. Eksperimen Classical Conditioning

Eksperimen Classical Conditioning

Teori behavioristik sering didengar sebagai teori stimulus – respon (S-R) yang paling dikenal teori behavioristik pavlov (classic conditioning). Classing conditing (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasang dengan stimulus bersyarat secara  dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Titik toolak pavlov mengadakan penelitian adalah dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Percobaan pavlov menggunakan binatang anjing  karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi (unconditioned stimulus) dan air liur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula (makanan).

Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects) karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi (conditioned reflects).

Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya. Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks (extinction). Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.

Untuk penerapannya pada manusia adalah bunyi suara lagu penjual es krim walls yang berkeliling dari rumah ke rumah, awalnya mungkin suara itu asing, tetepi setelah si penjual es krim sering lewat maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari. Dengan membunyikan nada-nada yang khas dan berbeda sehingga manusia dapat membedakan mana bunyi yang satu dengan bunyi yang lainnya. Selain itu dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. 

3. Eksperimen Operant Conditioning

Eksperimen Operant Conditioning

Eksperimen ini dilakukan oleh B.F. Skinner. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh Behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrtol melalui proses operant conditioning. Dimana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaanya jauh lebih fleksibel daripada classical conditioning. Gaya menegajar guru dilakukan dengan dengan beberapa pengantar dan guru secara searah mengontrol untuk melakukan latihan dan pengulangan. Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi pengahargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant condtioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. 
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut:
Dalam laboraturium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut ”Skinner Box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box yang tidak ada makanan di dalamnya, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping. Kemudian suatu saat setelah shapping tersebut terbentuk dengan baik, pola pemberian makanan diubah. Tikus hanya diberi makanan sesuai dengan kehendak si peneliti. Dan apabila tikus berusaha mencari makanan pada kotak makanan namunn tidak terapat makanan di dalamnya, maka lantai akan dialiri listrik, dan hal ininlah yang disebut dengan punishment. Dan hal itu terius terjadi secara berulang-ulang sehingga si tikus terbaiasa tidak akan membuka kotak makanan apabila belum terdapat makanan di dalamnya. Dan si tikus juga sudah terbiasa segera memakan makanan yang ada di dalam kotak makanan apabila sudah terdapat makanan di dalamnya meskipun ia baru saja mendapat makanan juga.

Berdasarkan percobaannya pada tiikus dan pada burung merpati, Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif berupa hadiah dan  penguatan negatif berupa hadiah atau penghargaan.

4. Eksperimen Condition of Learning

Eksperimen Condition of Learning

Eksperimen ini dilakukan oleh Robert Gagne. Eksperimen ini tergolong eksperimen yang bisa dibilang paling modern dari eksperimen-eksperimen behavior yang lain, krena eksperimen ini mmenggunakan teknologi canggih dalam  penerapannya. Gagne melakukan percobaannya pada pilot AU di Amerika Serikat. Ia membuat sebuah permodelan atau simulasi ruangan yang menyerupai kokpit pilot pesawat. Dan kemudian ia mengkondisikan ruangan itu agar semirip mungkin baik saat akan terbang, lepas landas, terbang di udara, dan juga saat mendarat.

5. Eksperimen Bobo Doll

Eksperimen Bobo Doll

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilkau agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura adalah seorang tokoh teori belajar sosial yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan ”permodelan”. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan spek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen permodelan Bandura:
Kelompok A = Disuruh memperhatikn sekumpulan orang dewasa memukul, menimbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan para orang dewasa tadi dan malahan lebih agresif.
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung Bobo besar.
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Kesimpulan = Tingkah laku anak-anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil keseluruhan eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa sedangkan kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif..

Kritik terhadap Aliran Behaviorisme

Kritik terhadap Aliran Behaviorisme

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson tahun 1913 . Ia dikenal sebagai tokoh yang radikal dalam behaviorisme karena ia berusaha menghilangkan arti kesadaran didalam ilmu jiwa, dan sama sekali tidak mau mengakui kebenaran daripada hasil-hasil metode intropeksi. Ia berpendapat bahwa kesadaran adalah istilah dari pilsafat sedangkan ilmu jiwa harus lepas dari yang namanya pilsafat. Karena itu kesadaran harus hilang dari lapangan ilmu jiwa., semua perbuatan adalah susunan refleks belaka. Tiap tingkah laku manusia adalah reaksi terhadap perangsang-perangsang. Perbuatan yang tersederhana, adalah terdiri dari perangsang beserta treaksinya. Dan berlangsung secara automatis, refleksif.

Aliran behaviourisme dianggap gagal karena tidak memperhitungkan faktor kesadaran manusia. Aliran behaviourisme tidak memperhitungkan faktor pengalaman subjektif masing-masing individu (cinta, keberanian, keimanan, harapan dan putus asa). Jadi aliran ini gagal memperhitungkan kesadaran manusia dan motif-motif tidak sadarnya. Aliran ini sering dikaitkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 - 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi. Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecualiinstink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Teori Freud dikembangkan terutama dengan mendengarkan para pasiennya dan dari hasil interpretasi subjektif­nya atas aneka neurosis para pasiennya itu. Sebaliknya, kaum Behavioris memusatkan diri pada pendekatan ‘ilmiah’ yang sungguh‑sungguh objektif. Lagi pula, Freud menempatkan rangsangan‑rangsangan dan dorongan‑dorongan dalam seba­gai sumber motivasi, sementara kaum Behavioris menekankan kekuatan‑kekuatan luar yang berasal dari lingkungan. Dalam teori mereka segala yang berbau subjektif sama sekali diabaikan. Menurut Watson, “Kaum Behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi sejauh kedua pengertian terse­but dirumuskan secara subjektif”.

Para agamawan pun ikut mengkritisi tentang aliran ini,

1. Prinsip-prinsip atau pernyataan yang dikemukakan oleh tokoh behavioristic yaitu dimana mereka melakukan penelitiannya pada binatang. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut tingkah laku binatang tidak bisa disamakan dengan tingkah laku manusia.

2. Para behavioris memandang kepribadian secara pragmentaris (terpecah-pecah, tidak utuh). Kepribadian dirumuskan secara sederhana hanya sebagai asosiasi stimulus respon.

Hal mendasar yang membedakan hewan dengan manusia adalah adanya perasaan (hati) dan pikiran (otak) dimana keduanya tidak dimiliki oleh hewan. Padahal kedua hal tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang.

Rabu, 16 Maret 2016

Tokoh-Tokoh Psikologi Behaviorisme

John Watson (1878-1958)
John Watson

John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903denhgan disertasi berjudul “Animal Education”. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang. Pada tahun 1908 , ia menjadi professor dalam psikologi eksperimental dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitasdan bekerja dalam bidang psiklogi konsumen.
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Tokoh ini telah menorehkan karyanya yang ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “Psychology as the Behaviourist view it” tahun 1913. Dalam karyanya ia mengatakan sebuah teori bahwa psikologi haruslah menjadi ilmu yang objektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang diteliti melaliu metode intropeksi. Selain itu ia mengatakan bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata saja.
John Watson menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkah laku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan pernyataan ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut ,dengan mengatakan “berikan kepada saya 10 anak maka akan saya jadikan 10 anak itu sesuai kehendak saya”.

Ivan Pavlov (1849-1936)
Ivan Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 februari 1936. Keluarganya mengharapkannya menjadi seorang pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari Teologi. Setelah membaca karya Charles Darwin ia menyadari bahwa ia lebih banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan seminari ke Universitas St.Petersburg.Disana ia belajar kimia dan fisiologi , dan menerima gelar doctor pada 1879. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatic.
Eksperimen Pavlov yang terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan yang disebut dengan teori Clasical Conditioning. Menurut teori ini ,ketika makanan diikutsertakan dengan bel maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama ,yaitu keluarnya liur dari si anjing percobaan. Hasil karya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar bagi penelitian mengenai proses belajar & pengembangan teori-teori tentang belajar.

B.F. Skinner (1904-1990)
B.F. Skinner

Burrhus Frederic Skinnner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukemia. Skinner mendapat gelar Bachelor di Inggris dan berharap bahwa dirinya dapat menjadi penulis. Pada tahun 1931 , Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar Ph.D untuk bidang yang sama. Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma karena sesuatu yang dapat diteliti adalah sesuatu yang tampak/terlihat. Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang akibat dari respond terhadap adanya kejadian eksternal. Bagi Skinner hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward dan Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur seperti emosi , pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner menerima banyak kritik.

Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike lahir pada 31 Agustus 1874 di Williamsburg , Massachusetts dan meninggal pada 9 Agustus 1949. Pada awalnya , ia tidak menyukai kursus psikologi pertamanya. Ketertarikannya pada psikologi tumbuh setelah membaca buku klasik “The Prrinciples of Psychology” oleh William James. Ketika dia lulus dari Wesleyan University pada 1895 dengan gelar sarjana ilmu alam,dia melanjutkan ke Universitas Harvard untuk belajar sastra Inggris dan Prancis. Selama semester pertamanya,dia mengambil kursus psikologi yang diajar oleh William James dan di trimester keduanya , dia memutuskan untuk lebih berkonsentrasi pada psikologi. Dia kemudian pindah ke universitas Columbia dimana dya belajar di bawah pengawasan psikolog james McKeeen cattell.  Setelah mendapatkan gelar Ph.D. dari Columbia pada 1898,Thorndike mendapatkan posisi sebagai asisten professor pedagogy at case western reserve university.dia lalu mengambil pekerjaan sebagai professor psikologi di teacher college at Columbia university,dimana dia akan melanjutkan mengajar sampai akhir karirnya.
Menurut Thorndike , belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran,perasaan atau hal-hal lain yan dapat ditangkap melalui panca indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,perasaan atau tindakan. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran ,tetapi tidak bisa menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin,2000). Ada 3 hukum belajar yang utama , yakni (1) hukum efek , (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell,Gredler,1991).

Clark Leonard Hull (1884-1952)
Edwin Ray Guthrie

Clark Hull adalah Psikolog Amerika yang berpengaruh yang menjelaskan tentang motivasi dan belajar oleh hukum alam dari behavior. Lahir di Akron di sebelah selatan New York . Hull mendapat gelar sarjana dan masternya dari Universitas Michigan ,dan selama tahun 1918 mendapatkan gelar Ph.D. dari Universitas Winconsin-Madison dimana dia juga mengajar dari 1916 sampai 1929. Penelitian Doktoralnya yang bejudul “Aspek Kuantitatif dari Konsep Evolusi” yang dipublikasikan di Monograf Psikologi. Hull menghabiskan bagian dewasa dari karirnya di Yale University dimana dia direkrut oleh presiden dan psikolog kawakan, James Rowland Angel. Dia menampilkan demonstrasi penelitian bahwa teorinya dapat memprediksi kelakuan. Pekerjaan signifikannya adalah Mathematico-Deductive Theory of Rote Learning (1940) dan Principles of Behavior (1943), yang mana membuat analisisnya dari mempelajari hewan dan kondisi sebagai teori belajar dominan. Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull seperti halnya teori evolusi ,semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama agar organisme tetap bertahan hidup.

Edwin Ray Guthrie (1886-1959)
Edwin Ray Guthrie


Edwin guthrie adalah seorang filsafati ,matematikawan ,dan kemudian menjadi psikolog behavior. Guthrie mendapatkan gelar sarjana matematika dan gelar master filsafat dari Universitas nebraska .Dia mendapatkan gelar Ph.D. nya di filsafat di University of Pennysylvania (1912). Dia mengajar matematika di sekolah tinggi sampai dia ditawari posisi sebagai profesor filsafat di University of Washington (1914). Di 1919 Guthrie pindah dari filosofi ke Departemen Psikologi. Dia kemudian menjadi dekan graduate school pada 1943 dan presiden dari American Psychological Assiciation (1945).(Clark,2005). Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan ,pada waktu timbul kembali cenderung diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991).

Sejarah dan Pengertian Umum Aliran Psikologi Behaviorisme

Sejarah dan Pengertian Umum Aliran Psikologi Behaviorisme

Psikologi adalah ilmu yang "baru" dalam khasanah ilmu di dunia ini. ilmu yang berawal dari sebuah pemikiran apa itu pemikiran, apa itu emosi, apa yang harus kita lakukan dengan hal seperti itu. Pertanyaan ini di gagas oleh seorang filsuf yang bernama Socrates di zaman yunani kuno. Tetapi kita juga mengenal Plato(bapak psikologi) yang termasuk murid dari Socrates. plato adalah ilmuwan pertama yang meletakkan dasar dari semua ilmu tentang ide-ide yang muncul sebagai teori logika. Kemudian pemikiran Plato ini meluas menjadi pandangan hidup, politik sosial dan agama. Sumbangsih plato terhadap dunia psikologi adalah pemahaman manusia yang mendorong untuk melakukan suatu pekerjaan atau yang disebut sebagai motivasi. Pandangan Plato tentang ide tidak selaras dengan aristoteles. aristoteles adalah murid Plato. Dia mengemukakan bahwa semua materi mempunyai jiwa. tetapi tidak semua materi mempunyai jiwa, hanya organismelah yang mempunyai jiwa. Pandangan Aristoteles adalah setiap organisme mempunyai motivasi. Motivasi dibedakan pada hewan dan motivasi pada manusia.

Paham-paham di zaman yunani kuno kemudian diteruskan oleh alexander agung yang melakukan ekspansi militer ke daerah Timur. Maka paham-paham dari Timur pun masuk kedalam paham Barat. Ilmu psikologi di masa romawi sudah masuk ke dalam ilmu filsafat karena di pandang masih belum ada bukti yang nyata untuk sebuah ilmu yang empiris. Masa-masa ini di kuasai oleh para tokoh kristen yaitu dengan memasukkan agama ke dalam ilmu pengetahuan. dimana ilmu-ilmu tentang manusia tidak di kaji sama sekali karena para pemuka agama mengedepankan tentang ketuhanan. Terjadi perdebatan antara ilmuwan dengan pemuka agama.

Masa rennainsance adalah masa titik balik dari ilmu pengetahuan setelah di kuasainya oleh pemuka-pemuka agama. masa ini di tandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centeredness. ilmuwan-ilmuwan mulai menggunakan nalarnya untuk berpikir ke dalam kebenaran tentang manusia. Perkembangan pengetahuan zaman ini sangat cepat karena ilmuwan tidak ada lagi yang menghalangiperkembangan masa. mulai dari zaman ini, psikologi mulai di kenal tetapi masih belum menjadi ilmu yang empiris karena masih dalam bentuk diskusi yang belum tuntas. Barulah setelah bertahun-tahun psikologi yang di anggap bukan suatu ilmu, pada tahun 1879 berdirilah sebuah laboratorium untuk penelitian psikologi. Laboratorium ini di bangun oleh Wilhelm Wundt dengan uangnya sendiri. Dari sinilah aliran psikologi berkembang menjadi beberapa aliran. Salah satunya adalah Behaviorisme.
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).

Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.

Teori behaviorisme memandang individu hanya dari jasmani dan mengesampingkan mental. Para penganut teori ini tidak mengakui adanya bakat, kecerdasan, minat, dan perasaan individu dalam proses belajar. Menurut mereka, belajar hanya untuk melatih refleks-refleks sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Seseorang sudah dianggap belajar apabila ada perubahan kebiasaan atau perilaku dirinya.

Kendali Pergerakan Pada Otot Manusia

Kendali Pergerakan Pada Otot Manusia

Mengapa kita memiliki otak? Tumbuhan dapat bertahan hidup tanpa perlu otak. Otak yang hebat tanpa adanya otot, sama halnya seperti  komputer tanpa dilengkapi perangkat output lainnya. Semua pergerakan hewan bergantung pada kontraksi otot. Otot hewan vertebrata dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: otot polos, otot rangka atau otot lurik, dan otot jantung yang memiliki karakteristik gabungan antara otot polos dan otot rangka.

Sambung neuromuscular (neuromuscular junction) adalah sebuah sinapsis antara neuron motoric dan serat otot. Pada otot rangka, tiap akson melepaskan asetiskolin pada sambungan neuromuscular dan astilkolin tersebut selalu mengeksistasi otot yang bersangkutan untuk berkontraksi. Tiap otot hanya dapat melakukan satu pergerakan dalam satu arah, yaitu konstraksi. Tanpa adanya eksitasi, otot akan berelaksasi.; tetapi otot tidak pernah bergerak secara aktif ke arah yang berlawanan. Menggerakkan kaki atau lengan ke dua arah yang berlawanan memerlukan adanya kelompok otot yang kerjanya berlawanan, yang disebut dengan otot antagonis (antagonistic muscles). Sebagai contoh sebuah lengan memiliki otot fleksor yang menyebabkan lengan bergerak ke atas, dan otot ekstensor yang menyebabkan pelurusan lengan.

Kita bergantung pada serat otot lambat dan serat otot menengah untuk aktivitas yang ringan. Saat bejalan santai kita menggunakan otot lambat yang tidak mudah lelah dan saat kita berlari menggunakan otot cepat yang mudah lelah. Presentase serat otot cepat dan lambat yang terdapat pada tiap individu bervariasi. Pelari marathon lebih banyak memiliki serat otot lambat daripada pelari sprinter yang banyak memiliki serat otot cepat. Variasi pada setiap orang tergantung pada faktor genetika dan latihan.

Proprioreseptor adalah pengndali otot yang berfungsi sebagai sebuah reseptor yang mendeteksi posisi atau pergerakan bagian tubuh. Proprioreseptor otot mendeteksi reganangan dan ketegangan sebuah otot, lalu mngirimkan informasi tersebut sehingga sumsum tulang belakang dapat menyesuaikan sinyalnya. Salah satu contoh proprioreseptor adalah gelendong otot (muscle spindle), sebuah reseptor yang sejajar dengan otot yang memberikan respons terhadap regangan. Contoh lain proprioreseptor adalah organ tendon golgi, yang fungsinya memberikan respons terhadap peningkatan ketegangan otot. Letaknya di kedua ujung tendon sebuah otot yang berfungsi layaknya rem.

Unsur lain tentang otot yaitu refleks. Refleks merupakan respons otomatis yang konsisten terhadap stimulus. Secara umum, reflex adalah gerakan involunter, karena mereka tidak sensitive terhadap penguatan, hukuman, dan motivasi. Contoh reflex adalah peregangan dan konstraksi pupil sebagai bentuk respons terhadap cahaya terang.

Terdapat banyak perilaku yang terdiri dari urutan cepat, seperti pergerakan memainkan alat musik. Pada kasus-kasus tertentu, kita dapat mengaitkan urutan-urutan tersebut dengan generator pola pusat (central pattern generator), yaitu mekanisme neuron pada sumsum tulang belakang atau lokasi lain yang menghasilkan pola ritmis output motoric. Urutan tetap sebuah  pergerakan disebut dengan program motoric (motor program). Program motoric dapat dipelajari dan tertanam dalam system saraf. Contohnya adalah urutan kejadian saat bersin.