Jumat, 18 Maret 2016

Mengenal Lebih Jauh Teori Kepribadian Psikoanalisa

Mengenal lebih jauh teori kepribadian psikoanalisa. Seperti kita ketahui ada sangat banyak teori kepribadian di dunia psikologi, salah satu yang banyak dijadikan landasan adalah teori kepribadian psikoanalisa. Oleh karena itu Psikerja kali ini akan sedikit membahas teori kepribadian psikoanalisa dalam makalah Mengenal Lebih Jauh Teori Kepribadian Psikoanalisa di bawah ini


1. Topografi kepribadian
Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.

Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan,  dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali. Alam prasadar ini bukanlah bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.
Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang di alami sepanjang hidupnya yang tidak dapat di sadari lagi akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini.

2. Struktur Kepribadian
Id adalah subsisten kepribadian yang asli, yang memiliki individu sejak lahir, karena itu biasanya di sebut sebagai subsistem kepribadian yang primitive. Id lebih di hubungkan dengan faktor biologis dan hereditas. Konsep  ini sesuai dengan pandangan Darwin tentang teori seleksi alam secara seksual dan motive agresif. Freud berpendapat bahawa prinsip kerja Id adalah prinsip kesenangan . Id selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Tempat id ini ada pada alam bawah sadar dan secara langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa di sadari.

Superego merupakan lawan dari Id, subsistem kepribadian yang di kembangkan dari kebudayaan dan nilai-nilai sosial, bukan dari faktor biologis. Superego terbentuk karena berinteraksi dengan orang tua dan masyarakat. karena itu subsistem superego ini berisi “kode moral” yang selalu menentang kehendak id. Jadi superego merupakan kata hati seseorang dan karena itu merupakan control dalam individu.

Ego merupakan bagian subsistem kepribadian yang tidak di peroleh saat lahir, tetapi di pelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkunganya. Cara kerja ego adalah menganut prinsip realitas, yang bertugas untuk mengendalikan tuntutan instinktif dan pertimbangan kode moral.

3. Perkembangan kepribadian
a. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan orentik pada daerah mulut.
b. Fase anal, terjadi fase kedua dalam perkembangan manusia. Fase ini terjadi dari mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. 
c. Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat pada alat kelamin, yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pada anak perempuan.
d. Fase laten, juga di sebut sebagai tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada tahap ini terjadi perhentian perkembangan. Sepanjang masa ini anak menjalankan tugas-tugas belajar.
e. Fase genital, terjadi pada masa pubertas yang di tandai oleh perilaku yang non narsistik. Mereka mulai tertarik lawan jenis, bersosialisasi dan beraktivitas kelompok, perkawinan dan membangun keluarga, menjalin hubungan kerja.

4. Dinamika kepribadian
Manusia memiliki kebutuhan yang mendorong pada suatu tindakan atau menghambat tindakan tersebut. Dalam pemenuhan kebutuhan terebut terdapat dinamika yang berbentuk interaksi  antara  kekuatan-kekuatan psikis yang ada pada diri manusia, yaitu instink dn pertahanan. Kecemasan realitas merupakan kecemasan individu akibat dari ketakutan menghadapi realitas sekitarnya. Kecemasan adalah keadaan psikis yang seharusnya di hindari.
Kecemasan realitas merupakan kecemasan individu dari ketakutan menghadapi realitas sekitarnya. Kecemasan neorotik merupakan kecemasan karena hawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan - keinginan primitifnya. Sedangkan kecemasan moral merupakan kecemasan dari rasa bersalah dan ketakutan di hukum oleh nilai - nilai yang ada pada hati nuraninya.

5. Hakikat Manusia
1.    Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2.    Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak di sadari.
3.    Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan dirinya.
4.    Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangang, menolak dan kesakitan dan mencari kenikmatan.

6. Tujuan Konseling
Dalam pandangan psikoanalisis, tujuan konseling agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat. Hal ini berarti bahwa konseling akan menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak yang mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara id dan superego. Berangkat dari tujuan -tujuan yang di kemukakan psikoanalisis konseling lebih sebagai proses reedukasi terhadap ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada hokum kode moralnya, menjadi lebih memiliki kekuataan ego.

7. Hubungan Konseling
Prochaska mengemukakan bahwa dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan klien dan konselor. Kedua hubungan itu adalah melakukan aliansi dan transferensi. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda dalam konseling. Aliansi merupakan prakondisi untuk terjadi keberhasilan konselor, sejak sikap rasional ini di berikan klien untuk percaya dan bekerja sama dengan konselor. Transferensi merupakan pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang - orang yang menguasainya yang di tujukan kepada konselor. Dalam hal ini konselor perlu membangun hubungan hangat dengan kliennya dan perhatian sepenuhnya, untuk terus menjaga kepercayaan klien kepada konselornya. Dalam hal ini konselor harus menunjukan kejujuran tanpa sandiwara, sesuai dengan kenyataan yang ada pada dirinya.

8. Tahap Konseling
a. Tahap pembukaan. Tahap ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien di tetapakan.
b. Pengembangan tranferensi. Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisis. Pada fase ini perasaan klien mulai di tunjukan kepada konselor, yang di anggap sebagai orang yang telah menguasainya di masa lalunya.
c. Bekerja melalui transferensi. Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagi orang yang terus melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, hanya saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami tentang dinamika kepribadian kliennya.
d. Resolusi transferensi. Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neoretik klien yang di tunjukan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya. Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat di akhiri untuk menghindari klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak di akhiri maka konselor dapat mengikuti transferensi itu untuk mengembangkan secara objektif sehingga tercapai otonomi klien.

9. Teknik Spesifik
a. Asosiasi Bebas. Maksudnya teknik  yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiranya yang terlintas pada benak klien, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Asosiasi bebas ini untuk memudakan pemahaman  konselor terhadap dinamika psikologi yang terjadi padanya. Sehingga dapat membimbing klien untuk menyadari pengalaman - pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan - hubungan antara  kecemasannya saat ini dengan pengalaman di masa lampaunya.

b. Interpretasi Mimpi. Merupakan teknik di mana klien mengemukakan segenap mimpi - mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak di sadari akan direpresi dan termanipes dalam mimpi.

c. Analisis transferensi. Merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya dengan orang - orang yang berpengaruh kepada terapis di saat konselin. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini di tekan di ungkap kembali, dengan sasaran komselor sebagai objeknya.

d. Analisis resistensi. Merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau mengungkapkan hal-hal yang menimbuklkan kecemasan. Perilaku ini di lakukan bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan - alasan  klien melakukan resistensi. Analisis resistensi sebaiknya di mulai dari hal - hal yang sangat tampak untuk menghindarin penolakan atas interpretasi konselor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar