Kamis, 17 Maret 2016

Kritik terhadap Aliran Behaviorisme

Kritik terhadap Aliran Behaviorisme

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson tahun 1913 . Ia dikenal sebagai tokoh yang radikal dalam behaviorisme karena ia berusaha menghilangkan arti kesadaran didalam ilmu jiwa, dan sama sekali tidak mau mengakui kebenaran daripada hasil-hasil metode intropeksi. Ia berpendapat bahwa kesadaran adalah istilah dari pilsafat sedangkan ilmu jiwa harus lepas dari yang namanya pilsafat. Karena itu kesadaran harus hilang dari lapangan ilmu jiwa., semua perbuatan adalah susunan refleks belaka. Tiap tingkah laku manusia adalah reaksi terhadap perangsang-perangsang. Perbuatan yang tersederhana, adalah terdiri dari perangsang beserta treaksinya. Dan berlangsung secara automatis, refleksif.

Aliran behaviourisme dianggap gagal karena tidak memperhitungkan faktor kesadaran manusia. Aliran behaviourisme tidak memperhitungkan faktor pengalaman subjektif masing-masing individu (cinta, keberanian, keimanan, harapan dan putus asa). Jadi aliran ini gagal memperhitungkan kesadaran manusia dan motif-motif tidak sadarnya. Aliran ini sering dikaitkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940 - 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi. Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecualiinstink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Teori Freud dikembangkan terutama dengan mendengarkan para pasiennya dan dari hasil interpretasi subjektif­nya atas aneka neurosis para pasiennya itu. Sebaliknya, kaum Behavioris memusatkan diri pada pendekatan ‘ilmiah’ yang sungguh‑sungguh objektif. Lagi pula, Freud menempatkan rangsangan‑rangsangan dan dorongan‑dorongan dalam seba­gai sumber motivasi, sementara kaum Behavioris menekankan kekuatan‑kekuatan luar yang berasal dari lingkungan. Dalam teori mereka segala yang berbau subjektif sama sekali diabaikan. Menurut Watson, “Kaum Behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi sejauh kedua pengertian terse­but dirumuskan secara subjektif”.

Para agamawan pun ikut mengkritisi tentang aliran ini,

1. Prinsip-prinsip atau pernyataan yang dikemukakan oleh tokoh behavioristic yaitu dimana mereka melakukan penelitiannya pada binatang. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut tingkah laku binatang tidak bisa disamakan dengan tingkah laku manusia.

2. Para behavioris memandang kepribadian secara pragmentaris (terpecah-pecah, tidak utuh). Kepribadian dirumuskan secara sederhana hanya sebagai asosiasi stimulus respon.

Hal mendasar yang membedakan hewan dengan manusia adalah adanya perasaan (hati) dan pikiran (otak) dimana keduanya tidak dimiliki oleh hewan. Padahal kedua hal tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar